lagi lagi
terdiam aku menangis
berteman secangkir kopi
dingin tak berasa
membeku bersama luka dikaki hati
dengan kain tak bernyawa
dan mulailah aku bercerita
kepada Kekasih
Yang tak pernah mati matanya
tentang hari ini
yang penuh dusta keji
memberi sisi gela pada sudutku
satu jejak kurentang
membalik seluruh bagian sandiwaraku
dalam fana kelam ini
remuk retak panggung yang kupijak
hitam tak berujung
difajar yang kutemui
hingga senja tak kudapati
seperak nadilagi lagi
terdiam aku menangis
berteman secangkir kopi
dingin tak berasa
membeku bersama luka dikaki hati
dengan kain tak bernyawa
dan mulailah aku bercerita
kepada Kekasih
Yang tak pernah mati matanya
tentang hari ini
yang penuh dusta keji
memberi sisi gela pada sudutku
satu jejak kurentang
membalik seluruh bagian sandiwaraku
dalam fana kelam ini
remuk retak panggung yang kupijak
hitam tak berujung
difajar yang kutemui
hingga senja tak kudapati
seperak nadi
terdiam aku menangis
berteman secangkir kopi
dingin tak berasa
membeku bersama luka dikaki hati
dengan kain tak bernyawa
dan mulailah aku bercerita
kepada Kekasih
Yang tak pernah mati matanya
tentang hari ini
yang penuh dusta keji
memberi sisi gela pada sudutku
satu jejak kurentang
membalik seluruh bagian sandiwaraku
dalam fana kelam ini
remuk retak panggung yang kupijak
hitam tak berujung
difajar yang kutemui
hingga senja tak kudapati
seperak nadilagi lagi
terdiam aku menangis
berteman secangkir kopi
dingin tak berasa
membeku bersama luka dikaki hati
dengan kain tak bernyawa
dan mulailah aku bercerita
kepada Kekasih
Yang tak pernah mati matanya
tentang hari ini
yang penuh dusta keji
memberi sisi gela pada sudutku
satu jejak kurentang
membalik seluruh bagian sandiwaraku
dalam fana kelam ini
remuk retak panggung yang kupijak
hitam tak berujung
difajar yang kutemui
hingga senja tak kudapati
seperak nadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar